Gempa dan Tsunami di Zona Megathrust Tidak Bisa Diprediksi, BMKG Imbau Tingkatkan Kewaspadaan


tentangkaltim.com

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menekankan bahwa meskipun gempa dan tsunami yang terjadi di zona megathrust tidak dapat diprediksi dengan pasti, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan. Megathrust adalah zona subduksi antara dua lempeng tektonik yang berada di kedalaman kurang dari 50 km, di mana energi besar dari akumulasi medan tegangan gempa dapat dilepaskan, memicu gempa kuat dan potensi tsunami.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa BMKG telah memantau berbagai gempa yang terjadi di zona megathrust, baik yang besar maupun kecil. Menurutnya, gempa-gempa kecil yang sering terjadi di zona tersebut harus diperhatikan karena bisa menjadi pertanda meningkatnya energi yang terakumulasi.

“Gempa di zona megathrust tidak selalu tiba-tiba besar. Ada gempa-gempa kecil yang semakin sering terjadi. Ketika gempa kecil ini meningkat, kita harus meningkatkan kesiapsiagaan,” ujar Dwikorita dalam webinar Waspada Gempa Megathrust pada Selasa, 20 Agustus 2024.

Indonesia memiliki 13 segmen zona megathrust, di mana dua segmen yang belum melepaskan energi besar dalam 200 tahun terakhir adalah Megathrust Selat Sunda-Banten dengan potensi gempa M8,7 dan Megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi M8,9. Dwikorita menyebutkan bahwa segmen-segmen lain sudah melepaskan energinya, namun dua segmen ini tetap menjadi perhatian khusus.

BMKG juga telah menginisiasi terbentuknya Konsorsium Gempabumi dan Tsunami Nasional, yang melibatkan pakar-pakar gempa dari seluruh Indonesia. Konsorsium ini bertujuan untuk memanfaatkan ilmu dan teknologi terbaru dalam pengembangan sistem peringatan dini gempa dan tsunami di Indonesia.

Berita Terkait

Top