Paser Briket: Briket Arang Tempurung Kelapa dari Kalimantan Timur Menuju Pasar Internasional

tentangkaltim.com
Briket arang berbahan tempurung kelapa asal Desa Pepara, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, kini mulai menarik perhatian pasar internasional. Produk yang dikenal sebagai “Paser Briket” ini, merupakan hasil inovasi Zidan, seorang pengusaha lokal yang telah berhasil memasukkan produknya dalam sepuluh inovasi terbaik pada lomba produk unggulan desa yang diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Provinsi Kaltim.
Zidan, penggagas dan produsen “Paser Briket”, menjelaskan bahwa produk briket arangnya adalah yang pertama dan satu-satunya di Kalimantan Timur. Produk ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga telah teruji secara klinis di laboratorium. Briket ini dikenal memiliki tekstur padat, tahan lama, tidak mudah rusak, dan yang lebih penting, dapat dipadamkan serta digunakan kembali, menjadikannya sangat efisien untuk digunakan.
Proses produksi “Paser Briket” dimulai dengan pengumpulan dan penyortiran batok kelapa, dilanjutkan dengan pembakaran, pemanenan, pengayakan, penggilingan, pemadatan, pencetakan, penjemuran, hingga pengemasan. “Untuk mengolah briket ini, diperlukan suhu antara 250-300 derajat Celsius,” jelas Zidan.
Setiap bulan, Zidan mampu memproduksi sekitar 1.800 hingga 2.000 kilogram briket. Sebagian besar produknya memenuhi kebutuhan pasar di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan bahkan telah merambah pasar luar negeri. Atas inovasinya ini, Zidan diundang oleh Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi UKM (Disperindagkop UKM) Kaltim untuk mengikuti pelatihan ekspor dan pemasaran internasional.
Zidan mengungkapkan bahwa setelah mengirim sampel arang ke beberapa negara seperti Uni Emirat Arab, Turki, Abu Dhabi, dan Malaysia, respons yang diterimanya sangat positif. Namun, ia menghadapi kendala dalam memenuhi permintaan ekspor karena jumlah produksi masih di bawah persyaratan minimum ekspor, yaitu satu kontainer atau sekitar 20 ton. Kendala ini disebabkan oleh terbatasnya bahan baku.
Untuk mengatasi kendala bahan baku, Zidan berencana mendatangkan bahan baku dari luar Kalimantan Timur. Selain itu, keterbatasan alat pemanas atau oven untuk proses penjemuran juga menjadi tantangan. “Saat ini, kami masih mengandalkan panas matahari untuk penjemuran, yang memakan waktu sekitar dua jam,” tambahnya.
Zidan berharap adanya dukungan dari pemerintah daerah untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapinya. Dengan dukungan tersebut, Zidan yakin usahanya dapat berkembang lebih pesat dan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. “Keinginan saya adalah bisa melakukan ekspor perdana untuk produk Paser Briket dan bekerja sama dengan badan usaha,” ujar Zidan penuh harap.