Menjelang Transisi Pemerintahan: Pergantian Menteri BUMN Pengganti Erick Thohir Jadi Sorotan


tentangkaltim.com

Menjelang transisi pemerintahan pada Oktober mendatang, sejumlah nama calon menteri mulai bermunculan. Salah satu posisi yang paling menarik perhatian adalah kandidat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan menggantikan Erick Thohir. Beberapa nama yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat termasuk Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani, Muliaman Hadad, hingga Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.

Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah, berharap bahwa pemerintahan terpilih Prabowo-Gibran dapat melakukan transformasi signifikan dalam perekonomian Indonesia, khususnya di tubuh BUMN. Ia menekankan pentingnya memilih sosok profesional, serta menghindari individu yang terlibat aktif atau berjasa dalam Pilpres 2024. “Salah satu kunci penting adalah sebisa mungkin menghindari orang-orang yang berperan dalam aktivitas pilpres, terutama tim sukses,” ujar Dedi dalam diskusi Polemik Trijaya bertajuk “Menerawang Kabinet Ekonomi Prabowo,” Sabtu (28/9/2024).

Dedi juga menyoroti beban besar yang dihadapi Erick Thohir selama menjabat, baik dalam bidang ekonomi maupun politik. Menurutnya, keterlibatan besar Erick dalam proses politik dan kepentingan pertemanan tak bisa dihindari. “Erick Thohir, yang telah berjasa dalam proses pemenangan Prabowo, tak lepas dari tekanan politik dan pertemanan yang besar,” tambahnya.

Ia menekankan bahwa BUMN sebaiknya tidak dikendalikan oleh tim sukses, karena hal itu bisa menyebabkan BUMN menjadi alat politik. “Secara teknis, perlu dihindari penempatan Erick Thohir, Wakilnya Kartika Wirjoatmojo, serta Wahyu Sakti Trenggono yang juga termasuk dalam timses, dan Rosan selaku Ketua Timses. Mereka sebaiknya ditempatkan di posisi lain, bukan di BUMN,” lanjut Dedi.

Ke depan, ia berharap pengganti Erick Thohir adalah sosok yang benar-benar bisa menjadikan BUMN sebagai pilar utama ekonomi negara. Meskipun ia tak menampik bahwa sosok yang dipilih nantinya mungkin tidak sepenuhnya profesional dan tetap memiliki sentuhan politik. “Kondisi ekonomi di masa mendatang harus lebih kuat dengan tokoh-tokoh yang paling sedikit dipengaruhi oleh aktivitas politik. Meskipun dia seorang tokoh politik, tidak ada masalah selama ia mampu menahan diri dari godaan mitra politiknya,” tutup Dedi.

Berita Terkait

Top